Isnin, 12 September 2011

adakah dia rindu?

saat tiba di pulau asing yang masih ku rasakan asing hingga kini, aku terdiam. merenung melalui luar jendela kapal terbang, berkira-kira apakah corak perjalanan baru yang bakal ku tempuhi? saat kaki ku melangkah menuju tempat mengambil bagasi, setiap langkah itu masih merasa berat. masih terasa penat. tertanya adakah mindaku yang tenat ini telah bersedia menghadap tawa tangis bersendiri lagi? akankah aku menyendiri lagi? lantas, ku teringatkan dia. menjenguk galaxy mini putih dan menaip laju mesej baru, memberitahu insan tersayang ketibaanku ke mari.

dari jauh, ku lihat dia... berbaju merah, berseluar hitam. rambutnya tidak sepanjang dulu. tampak lebih kemas, bagiku. dia senyum. aku juga senyum. buat pertama kalinya setelah berbulan-bulan, ku rasakan senyuman bahagia yang telah pudar sekian lama. hari ini, ku rasakan otot-otot muka ku perlahan-lahan bekerja mengukir senyuman sampai ke mata. selangkah dia menghampiriku, aku terus mencium kedua tangannya. ya, aku dihambat emosi. emosi rindu yang tidak bertepi. emosi pilu yang penuh sendu. sejujurnya, mungkin saja aku memelukknya jika akal berada di lututku. namun, ku dapat rasa dia sedikit kekok, malu mungkin di hadapan temannya. tapi apa yang kurasakan saat itu, aku sendiri tidak tahu...

duduk di sebelahnya sepanjang perjalanan pulang, bagaikan mahu saja aku memegang erat tangannya. aku pandang dia, tapi mengapa senyumnya tak seperti dulu? mengapa aneh senyuman itu? tidakkah dia bahagia bertemuku? atau apa yang ku rasa, hanya aku yang rasa? entahlah, tapi mataku sukar untuk melepaskan pandangan padanya. dalam gejolak rasa yang menghambatku, tiba-tiba dia membelai kepalaku, lalu senyum padaku.

tanpa kata, tanpa suara, aku tahu. dia rindu aku. 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan